Saya bingung mau mulai cerita dari mana, apa nggak usah jadi cerita aja ya, haha. (Serius belum apa-apa udah ngajak ribut nih penulisnya! | Sabar atuh, lama nggak nulis soalnya :P) Sebenarnya ini adalah pengalaman pendakian saya ketika awal tahun 2015, tepatnya adalah 16 Januari 2015, (Kenapa baru cerita sekarang? Udah basi keleus tahun segitu mah! | Yowesben to sak karepku, sik nulis-nulis yo aku kok! Nyapo weki! Kari moco we ngganyik! :P).
Pengalaman Mendaki Gunung Sumbing via Garung |
Maafkan saya yang diparagraf pertama penuh dengan basa basi, karena di paragraf selanjutnya akan lebih banyak basa basi lagi yang tentu tidak berfaedah, anggap aja pemanasan wkwk.
O iya sampai dimana tadi ceritanya? O iya belum mulai ya ceritanya. (Beneran ngajak ribut nih penulisnya! niat nulis nggak sih! Nyesel gue kesasar di blog ini! | Sabar sabar.. Yang sabar tak do'ain istrinya banyakkkk! :P)
Sebenarnya saya males nulis pengalaman saya yang satu ini, karena saya takut di kemudian hari saya banyak memori yang hilang di pikiran saya dan terganti dengan memori-memori yang lebih tidak penting lainnya mangkanya saya berniat untuk menuliskan pengalaman saya mendaki ke Gunung Sumbing saat itu baru sekarang ini. Dan juga semoga cerita saya ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua agar tidak terjadi hal yang sama di kemudian hari. (Wih penulisnya sok bijak! Kesalahan apa nih? Berak sembarangan ya lu? | Baca aja terus, entar juga tahu! Crewet lu kayak emak-emak belanja di pasar!)
Saat itu saya terbilang masih baru dalam hal daki mendaki gunung, dan waktu itu adalah baru pendakian kedua saya. Sebelumnya saya mendapatkan pengalaman pertama mendaki adalah ketika akhir tahun 2014, dan gunung pertama yang saya singgahi adalah Gunung Merbabu via Wekas (Di bikin tulisan sendiri dong bro pengalaman pendakian pertamanya ke Gunung Merbabu ini, Plis! | Ya besok kalau udah dapet hidayah ya! :P)
Awalnya waktu itu saya menolak ajakan teman-teman saya yang mengajak ke Gunung Sumbing ini, namun rayuan dan bisikan syaiton yang mereka lontarkan akhirnya menggoyahkan iman saya juga sehingga akhirnya saya meng'iyakan ajakan mereka, wkwk.
Jadilah saat itu kami berangkat 12 orang dengan rincian 9 cowok dan 3 cewek (Maaf saya nggak ngenalin satu-satu orangnya, soalnya ini bukan naskah film yang harus jelas negejelasin tokoh-tokohnya! :P) dan sampai saat ini, itu adalah pendakian dengan jumlah anggota terbanyak yang pernah saya ikuti yang kedepannya sejak saat itu saya benar-benar males kalau naik gunung orangnya banyak! bukan berarti saya egois tetapi nanti kalian juga akan tahu kenapa alasan saya ini.
Baca juga : Pengalaman Mendaki Gunung Lawu Cuma Berdua Naik Cemoro Kandang Turun Cemoro Sewu
Baca juga : Pengalaman Mendaki Gunung Lawu Cuma Berdua Naik Cemoro Kandang Turun Cemoro Sewu
Dengan status yang masih pemula dan awam dengan pengalaman pendakian gunung, sayapun cuma mengikuti arahan senior saya waktu itu. Yang ada dipikiran saya saat itu adalah "alah paling treknya juga nggak jauh amat sama Merbabu via Wekas". Nah ini adalah kesalahan pertama saya yaitu meremehkan gunung yang akan saya daki yang kedepannya benar-benar menjadi bahan evaluasi saya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Hari pertama pagi itu kamipun kumpul di salah satu kos teman saya yang pekarangan depannya cukup luas, disana kami packing barang dan juga menunggu teman-teman lainnya yang belum datang.
Setelah selesai packing dan juga semua anggota sudah lengkap akhirnya kamipun berangkat ke Basecamp Gunung Sumbing via Garung (Ya iyalah masak berangkat kerumah masing-masing!) dengan mengendarai sepeda motor dari jogja yang lupa saat itu memakan waktu berapa jam :P.
Nah di tengah perjalanan menuju Basecamp Sumbing ini kami sudah memiliki banyak masalah, mulai dari rombongan yang terpisah di jalan karena banyak yang tidak tau arah sampai ada salah satu teman saya yang ban motor yang dikendarainya meletus. Dan sialnya bannya nggak bisa di tambal dan harus diganti, padahal motor yang dia pakai saat itu adalah cuma motor sewaan dan sadisnya lagi bengkelnya mematok harga bannya benar-benar mahal diluar harga pasar! double kill!
Berbeda dengan pelapak yang ada di b*k*lap*k yang bisa di nego cincay dan harga kagak lebay! di bengkel ini yang punya benar-benar nggak bisa di nego dan teman saya akhirnya pun terpaksa membayarnya, ya mau gimana lagi udah kayak di skak mat saat itu.
Sebenarnya saya tidak tau kronologi ban meletus itu, karena saat kejadian itu saya termasuk rombongan yang tertinggal dibelakang dengan ketiga teman saya. Nah ketika kita sudah menyatu kembali (Ciyeee menyatu kembali... bahasamu mas!) mereka pun bercerita kejadian perihal ban meletus tadi.
Lanjut kita meneruskan perjalanan, dan hal yang tidak diinginkanpun kembali terjadi. Saya lupa saat itu sampai dimana yang intinya tiba-tiba hujan deras mengguyur sepanjang perjalanan dan hp yang dijadikan GPS penunjuk jalanpun tiba-tiba error (kebetulan saat itu saya yang memegang hp dan dengan teman saya yang didepan menjadi penunjuk arah bagi teman-teman yang dibelakang lainnya).
Oke kami kehilangan arah saat itu dan tidak bisa lagi mengandalkan teknologi masa kini, wkwk. Tidak habis akal kamipun memakai cara klasik dalam mencari jalan menuju Basecamp Garung ini, yaitu "takok uwong" alias bertanya kepada orang-orang yang dijumpai di sepanjang jalan, mulai dari penjual somai, cilok, bakso sampai pak presiden yang lagi makan bakso pun juga ikut kami tanyai, haha.
Hingga akhirnya kamipun sampai di jalan yang di apit gunung Sumbing dan Sindoro. Nah di jalan tersebut kamipun istirahat sejenak di salah satu warung makan disana untuk membeli nasi bungkus yang akan kami "badok" di basecamp nanti. Dan tidak lupa kami juga bertanya di mana letak Basecamp Garung kepada ibu-ibu cantik penjual nasi di warung ini, dan katanya jaraknya sudah tidak jauh lagi dari warung ini.
Setelah selesai membungkus nasinya kamipun berniat melanjutkan kembali perjalanan, namun apalah daya tuhan berkehendak lain kami disuruh istirahat lagi, wkwk. Salah satu motor teman kami tiba-tiba mesinnya tidak bisa di nyalakan alias mogok dan terpaksa mendorongnya ke bengkel, alhamdulilah tidak jauh dari warung terdapat bengkel motor meskipun tidak besar.
Tidak menunggu lama teman kamipun kembali dengan motornya yang sudah sehat walafiat. Karena rasa penasaran saya yang begitu besar akhirnya sayapun memberanikan bertanya kepada teman saya kenapa dengan motornya, wkwk. Dan jawaban teman membuat saya sedikit kaget, katanya motornya tidak kenapa-kenapa, cuma baru dipegang dan di coba dinyalakan sama montirnya langsung hidup, waow amazing! apa jangan-jangan??? Ah sudahlah.
Lanjut kita meneruskan perjalanan menuju Basecamp Garung, dan dengan sedikit tengok sana dan tengok sini akhirnya ketemu juga. Saat itu kalau tidak salah kita sampai disana pas mau Adzan 'Ashar.
Basecamp Garung ini tempatnya benar-benar luas dan bersih sekali kamar mandinya saat itu, nggak tau kalau sekarang wkwk. Kebetulan saya tidak pernah memakai kamar mandinya, dan itu adalah testimoni dari teman saya yang memakainya, haha. Saya lebih suka memakai kamar mandi yang berada di bawah masjid dekat basecamp, yang air di dalam bak mandinya membuat saya sedikit takut karena saking derasnya! Takut kalau ada ular piton yang ikut terseret aliran airnya haha.
Setelah sampai teman-teman saya langsung bergegas makan nasi bungkus yang dibeli di warung tadi, namun saya lebih memilih jalan-jalan sendiri menikmati susana ketimbang memakan nasi bungkus tadi dan inilah kesalahan kedua saya.
Nah ketika saya sudah puas melihat suasana disana sayapun berniat memakan nasi bungkus jatah saya, haha. Namun teman-teman yang lainnya ternyata sudah pada selesai makannya, ketika saya mau makan tiba-tiba teman saya mengajak sholat berjamaah di masjid dekat basecamp. Akhirnya sayapun mengurungkan niat saya menyantap nasi bungkus yang entah apa lauknya saya belum melihatnya sedikitpun, wkwk dan mengikuti ajakan teman saya sholat jamaah di masjid.
Setelah selesai sholat sayapun kembali ke basecamp dan mencari nasi bungkus yang saya tinggalkan tadi dan alhamdulilah aman! haha.
Nah ketika teman-teman saya sudah bersiap naik dan sudah selesai registrasi sayapun baru menyantap nasi bungkus yang saya idam-idamkan dari tadi, akhirnya mereka menunggu saya makan sambil pada melihat peta yang terpampang besar di depan basecamp sambil foto-foto ala cabe-cabean jama now, haha.
Baru selesai makan sayapun langsung di hadapkan dengan tas keril yang amat besar yang seperti tidak sabar menunggu gendongan mesra saya, hadeh.
Sebelum memulai pendakian kamipun berdo'a berjamaah di depan basecamp dan juga tidak lupa mendengarkan kultum dari ketua kelompok dengan tema aturan-aturan mendaki gunung seperti tidak membuang sampah sembarangan dll.
Setelah selesai berdo'a kesebelasan dan juga pelatih kamipun berangkat memulai pendakian. Dari basecamp perjalanan masih jalan aspal yang tidak begitu menanjak, sesekali kami mengengok ke belakang karena di belakang kami nampak gagah menjulang tinggi Gunung Sindoro yang kadang menunjukan keindahannya dan kadang malu-malu dengan tertutup kabut di depannya.
Setelah berjalan beberapa menit kamipun sampai di tengah perkampungan warga dan disana kami menemukan percabangan yang ada tulisannya kanan jalur baru dan kiri jalur lama. Kita pun disana bingung pilih jalur yang mana karena dari pihak basecamp tadi juga tidak memberi arahan harus lewat yang mana.
Kamipun berhenti agak lama disana dan mengadakan rapat dadakan, wkwk. Akhirnya ketua kami meminta usulan dari saya, sayapun menjawab kalau saya lebih memilih jalur baru. Di pikiran saya saat itu kalau jalur baru pasti jalurnya baru di buat dan si benahi dan itu bagus! Entah kenapa tiba-tiba ketua dan teman-teman yang lainnya menyetujui usulan saya ini.
Dan perlu kalian tau usulan saya ini nantinya sampai sekarang masih menjadi bahan amarah bernada bercanda beberapa teman saya yang ada di anggota ini yang menyalahkan usulan saya ini, wkwk.
Oke kitapun lanjut mengikuti arah yang kiri yaitu jalur baru, disana masih jalan berbatu yang melewati rumah-rumah warga yang saling berdekatan satu sama lainnya hingga kami sampai di jembatan yang membatasi perkampungan dengan ladang penduduk. Disana kami menjumpai salah satu penduduk dan bertanya apakah ini jalur pendakian yang benar, dan beliapun menjawab benar yang kita lewati itu jalur pendakian yang benar. Kitapun merasa lega berarti pilihan saya tadi tidak salah.
Setelah itu jalanan yang sedikit menanjak yang disusun dari batupun menjadi jalanan yang menanjak sekali yang tentunya membutuhkan tenaga lebih exstra untuk menapakinya, hadeh.
Setelah masuk ke tanjakan berapa saya lupa, dan masih di sekitar ladang penduduk tiba-tiba perut saya sakit luar biasa. Dan hal inilah yang membuat tim saya sering berhenti karena ikut terimbas dari sakitnya perut saya, haha. Nah inilah efek kesalahan saya tadi yang waktunya makan malah kluyuran, dan ketika selesai makan malah langsung mengangkat benda berat dan berjalan. (Next ini juga menjadi evaluasi saya agar tidak melakukan kesalahan yang sama buat kedepannya).
Sambil perut saya yang sudah mulai merasa baikan, kamipun akhirnya sampai di perbatasan ladang penduduk dengan hutan. Di situ kita bingung lagi karena ada percabangan, yang lurus langsung masuk hutan dan yang agak menyimpang kekiri juga masuk hutan namun harus melewati ladang penduduk dulu.
Disitu kita akhirnya berhenti agak lama sambil melihat peta sederhana yang telah di foto salah satu teman saya tadi. Hingga akhirnya adzan maghrib pun terdengar dan sebagian dari kami melakukan sholat berjamaah disana dengan menggelar matras di tempat yang agak datar dan luas.
Setelah selesai sholat kamipun lanjut istirahat lagi sambil membereskan barang, saya dengan salah satu teman menyiapkan senter headlamp. Disini kami berdua masih sibuk mencari batre dan baru memasangnya disana, hadehhh benar-benar amatir tingkat parah!
Setelah masalah senter selesai dan keperluan lain juga sudah selesai kamipun sepakat melanjutkan perjalanan dengan memilih jalur yang lurus yang langsung menembus hutan.
Perjalanan saat itu benar-benar mencekam karena mendung dan benar-benar gelap tidak ada cahaya bulan. Dan alhamdulilah perut saya sudah sembuh :'D, saat itu posisi saya adalah paling belakang atau yang lebih dikenal dalam dunia pendakian saat ini sebagai sweeper. Dan mulai saat itu posisi inilah yang sampai sekarang ini saya jabat ketika mendaki gunung dimana dan dengan siapapun, haha.
Entah kenapa perasaan saya saat itu ingin sekali berada di barisan belakang, mengingat juga saat itu tidak sedikit dari teman saya yang tidak mau berada dibelakang sendiri.
Awal perjalanan trek masih biasa saja alias masih normal dan masih terlihat sering dilalui orang. Hingga akhirnya sesuatu yang tidak kami harapkan pun terjadi, hujan deras dengan tiba-tiba mengguyur badan kami. Kamipun bergegas memakai jas hujan yang telah kami siapkan, dan inilah kesalahan lagi yang sebagian kami perbuat. Tidak sedikit dari anggota kami yang menaruh jas hujan dibagian bawah dan tengah di tas kerir, akhirnya kamipun sibuk mencari sebagian jas hujan yang belum ketemu, hadehhhh.
Singkatnya setelah semua beres bisa mengenakan jas hujan kamipun melanjutkan perjalanan kembali.
Hingga sampailah kami di jalan yang kanan kirinya tinggi sekali rumputnya, di situ kami berhenti sejenak dan banyak yang meragukan jalan yang kita lalui. Namun beberapa di antara kami menemukan sampah-sampah pendaki seperti bungkus permen yang berserakan di jalan yang membuat kami sedikit yakin bahwa jalan yang kami lewati benar.
Akhirnya kamipun lanjut menyusuri jalan tersebut, di paling belakang sayapun merasa tidak enak hati karena seperti ada yang mengikuti saya dari belakang. Sering sekali saya mengengok ke belakang untuk memastikan bahwa dibelakang tidak ada apa-apa dan hanya perasaan saya saja.
Hingga nasib sialpun menghampiri saya kembali, saat itu saya berjalannya menduduk karena menghindari muka dari derasnya air hujan secara langsung. Nah saat itu saya tidak tahu kalau di depan saya ada pohon tumbang yang menghalangi jalan dan diharuskan menunduk untuk melewatinya.
Tiba-tiba prakkk kepala saya dengan kerasnya membentur pohon tumbang yang ada di depan saya, dan seperti tidak berdosa tiba-tiba teman yang ada barisan depan ada yang bilang awas pohon tumbang.. nunduk.. nunduk.. Karena saya berusaha menjaga kata-kata kalau di gunung sayapun cuma berkata dalam hati "Kampretttt.. udah terlanjur kebentur baru pada bilang!" Di situ saya tidak cerita ke teman-teman kalau saya terbentur (malu, takut pada ketawa malah jadi bahan guyonan entar :P).
Sayapun berhenti sejenak untuk mengkondisikan kepala saya yang agak pusing karena terbentur tadi, alhamdulilah tidak sampai pingsan. Dengan tidak berdosanya teman-teman saya terus melanjutkan perjalanannya sedangkan saya masih sibuk memegangi dan meraba kepala saya di belakang.
Dan akhirnya saya bercerita kepada teman yang tepat berada di depan saya kalau saya tadi terbentur kayu yang jatuh tadi. Sayapun mengira dia bakal ngetawain saya habis-habisan karena dia itu teman nongkrong kocak saya dan saya sudah hafal tingkah lakunya, namun ternyata dia malah menanyai keadaan saya dengan nada panik. Waow disitu saya benar-benar kaget dengan jawaban teman saya, padahal saya disitu sudah siap diketawai tapi malah...
Oke lanjut perjalanan saya masih setia menjadi sweeper dan saya semakin ragu dengan jalan yang kami lewati. Rumput yang menjulang tinggi hampir menutupi tubuh kami menghiasi jalan setapak yang kami lalui. Sayapun masih sibuk nengak nengok kebelakang karena merasa ada yang mengikuti.
Sampai kami akhirnya tiba di sungai kecil yang airnya deras sekali karena ditambah dengan air hujan yang mengguyur, dan untung alhamdulilah masih bisa kita sebrangi meskipun agak sedikit kesulitan. Nah setelah melewati sungai itu jalanpun mulai menanjak terus dan tidak ada bonusnya sedikitpun.
Awal tanjakan saya mulai sedikit lega karena kembali ada jejak kaki dan jalur mulai kelihatan jelas pijakan-pijakan bekas kakinya, oke kita berada di jalur yang benar pikirku saat itu.
Lanjut jalan hujanpun tidak kunjung reda dan malah semakin deras, sering sekali kami terpeleset dan jatuh. Tanjakan pun semakin curam dan jalur mulai hilang bekas pijakan kakinya, seperti bekas longsor karena tergerus air hujan yang deras dalam jangka waktu yang lama.
Disitu saya mulai berpikir kalau kita benar-benar salah jalan, namun kami terus mendaki keatas dengan perjuangan yang exstra karena trek yang sangat sulit. Bagi saya sebagai pemula dan mengingat baru pendakian kedua sayapun berpikir ternyata jalurnya lebih curam daripada Merbabu via Wekas yang belum lama saya daki.
Nah perlu kalian ketahui selama kami mendaki lewat jalur ini kamu belum pernah bertemu dengan satupun pendaki yang naik maupun turun. Padahal di parkiran basecamp tadi motornya banyak banget, masak satupun nggak jumpa sama pendaki lain.
Dan sinilah kami pertama kali dan terakhir kali bertemu dengan dua orang pendaki yang sedang turun dari atas. Mereka terlihat buru-buru saat turun dan ketika kami tanyai mereka seperti panik dan ketakutan. Normalnya pendaki kan kalau ketemu beramah tamah, lha ini enggak mereka kayak panik ketakutan dan langsung terus jalan turun kebawah. Kamipun positif thinking aja mungkin mereka saking lelahnya.
Dengan perjuangan yang sangat menguras tenaga akhirnya kamipun istirahat di salah satu tempat lumayan datar dengan mengecek kondisi tubuh masing-masing. Ternyata teman-teman saya yang memakai jas hujan model celana-baju, dibagian celana mereka tepatnya di selangkangan robek tidak karuan, haha. Ketika diberitahu sayapun cuma tertawa karena saya memakai jas hujan model batman dan tentunya saya tidak mengalami apa yang mereka alami.
Lanjut kita jalan trekpun semakin curam dan banyak sekali bekas-bekas longsor yang menutupi trek! Saking emosinya sampai salah satu teman cewek saya sedikit mengeluh dengan nada kesal dan merobek-robek jas hujannya dan langsung membuangnya begitu saja di tengah jalan.
Sayapun kaget disana, dan ingin sekali marah-marah langsung kepadanya. Selain dia cewek sayapun berpikir jika saya marah-marah nantinya malah membuat dia nggak enak hati kalau udah turun nanti. Toh siapa saya sok nasehatin nanti pikirnya malahan.
Oke disitu saya tahan emosi saya, tidak ada satupun teman saya yang berinisiatif memungut sampah jas hujan yang di sobek-sobek teman saya tadi. Hingga akhirnya sayapun melewati sampah jas hujan tadi dan juga ikut mengabaikannya. Pikirku saat itu "toh ini yang buat sampah juga bukan saya".
Namun setelah melewati sampah jas hujan tadi saya terus kepikiran dengannya. Sampai akhirnya saya tidak tahan dan saya berbalik arah jalan turun sendirian untuk memungut kembali sampah jas hujan yang di sobek-sobek teman saya tersebut dan menaruhnya di tas saya. Oke saat itu pikiran saya kembali tenang dan kembali mengejar kelompok saya di depan. Biarin meskipun ini bukan sampah saya yang penting saya bisa tenang setelah memungutnya kembali tadi.
Dari depan pun teman saya ada yang berteriak memanggil nama saya, dan sayapun menjawab "nggak papa, lanjut jalan aja!". Padahal disitu saya masih kesel karena tingkah laku salah teman saya tadi yang membuang sampah sembarangan, hadehhh.
Akhirnya kamipun menemukan tempat landai dan istirahat disana sejenak, disitu berhubung hujan mulai reda sayapun melepaskan jas hujan saya. Nah ketika selesai memasukan jas hujan kedalam tas dan siap melanjutkan perjalanan kembali, tiba-tiba dari belakang badan saya seperti ada yang nyolek. Sayapun berpikir pasti ini teman saya yang iseng, ketika saya mau menegurnya dan mencari tahu itu tadi siapa sambil saya menengok ke belakang eh ternyata tidak ada orang sama sekali.
Saya berusaha tetap positif thinking, dan sayapun mendekati salah satu teman saya yang bisa dibilang ahli ibadah. Saya ingin lihat bagaimana responya sayapun bilang "bro.. tadi gue ada yang nyolek" dia pun kaget mendengar bisikan saya tadi dan dia cuma balik nanya "yang bener bro???" saya pun cuma membalas dengan anggukan.
Tiba-tiba dia langsung minta izin kepada saya bahwa dia nggak bisa nemenin saya lagi di baris belakang dan langsung ngibrit menuju barisan paling depan nomor 2, wkwkwk. Melihat teman saya seperti itu sayapun cuma ketawa dari belakang. Waktu itu saya belum tahu kalau lihat atau ngrasain hal yang aneh jangan diberitahu ke temen-temennya dulu sebelum sampai turun kebawah. Takutnya ya kayak teman saya itu tadi, ya kalau orangnya pemberani nah kalau kayak teman saya tadi kan bisa berabe.
Nah ini juga pelajaran penting bagi kita semua, kalau kalian merasakan atau melihat hal yang ganjil jangan langsung menceritakannya kepada teman-teman kalian langsung. Tahan aja! Tunggu sampai turun dibawah, syukur-syukur sampai rumah baru cerita.
Lanjut setelah colekan misterius itu saya dan teman-teman yang lainpun langsung jalan. Sayapun cuma menceritakan colekan misterius tadi ke satu teman yang langsung ngibrit ke depan tadi jadi nggak ke semua teman saya koar-koar critain.
Jalanpun semakin curam dan semakin tidak berbentuk, tidak ada bekas pijakan kaki sedikitpunn dan kamipun sering berjalan merangkak sambil tarik menarik satu dengan yang lainnya. Sampai akhirnya kami benar-benar lelah dan lapar dan istirahat di salah satu bangunan seperti gubuk yang terbuat dari kayu seadanya.
Ternyata itu adalah POS, saya lupa itu pos berapa dan sebelum menjumpai pos tersebut saya dan anggota kami melewati pohon yang ada tulisannya seperti "IN MEMORIAM" saya lupa namanya siapa toh saat itu sudah kelewat lelah jadi pikiran kurang fokus dalam hal mengingat apalagi sebuah nama, ciyee.
Nah di pos itu kami makan kembali beberapa nasi bungkus yang ternyata masih ada sampai akhirnya hujan kembali turun dengan derasnya dan kamipun bergegas kembali memakai jas hujan.
Nah teman saya yang habis ngamuk membabi buta sama jas hujannya tadipun akhirnya dipinjami jas hujan oleh salah satu teman saya kalau tidak salah, atau dia malah nggak pakai ya saat itu, aduh saya lupa maaf :P.
Lanjut perjalanan trek yang dilalui pun semakin parah dan bisa dilang terparah dari yang kita lalui tadi. Tanjakan yang lebih curam namun tidak ada pijakan kakinya, benar-benar tanah rata! Sayapun berpikir kalau tadi itu pos pendakian pasti ini jalur resmi dan bukan salah jalur tetapi kenapa kok jalannya nggak bentuk kayak gini ya..
Mau balik turun juga bahaya pasti lebih beresiko, akhirnya kamipun terus menaiki trek tersebut dengan perjuangan yang exstra lebih keras lagi. Dan semakin tinggi akhirnya sesuatu yang banyak ditakuti pendakipun tiba, ya badai! Karena saat itu sudah tengah malam otomatis badaipun datang dengan kencangnya.
Ya alloh cobaan apalagi ini, sudah hujan deras, jalanan rusak, tempat camp juga belum juga ada tanda-tanda eh malah ketambahan badai.
Di tengah perjalanan yang samping kanan kirinya jurang kamipun istirahat sejenak mengatur nafas. Nah disana saya mendengar dari arah jurang sebelah kanan seperti suara cewek yang tertawa cekikikan, ya pasti kalian sudah tau itu siapa kan? haha. Entah ada teman yang lain yang juga mendengarnya atau cuma saya saja, saya tidak tahu karena sampai sekarang saya tidak pernah cerita ke mereka tentang hal ini.
Saat itu saya benar-benar ingin berkelahi dengan ketua sekaligus senior saya waktu itu, saya benar-benar sudah lelah dan tidak kuat lagi tapi dia terus memaksa lanjut jalan terus dan terus berkata bahwa di depan sedikit lagi ada tempat ngecamp (benar-benar sok tau! padahal dia senndiri belum pernah mendaki gunung sumbing ini!).
Terpaksa sayapun terus melanjutkan perjalanan, dan entah kenapa tiba-tiba seperti ada tenaga yang tiba-tiba masuk kedalam badan saya. Saya pun kembali bugar dan tidak capek lagi! Namun saya kasihan melihat teman saya yang berada di depan saya nampak lelah sekali dan ingin segera istirahat mendirikan tenda namun lagi-lagi ketua kelompok kami ngotot jalan terus.
Nah ini pelajaran bagi kita semua, di dalam sebuah tim itu kita tidak bisa memaksakan kemampuan berjalan pada satu orang saja dalam kasus ini adalah senior/ketua. Karena masih banyak anggota tim lainnya yang "mungkin" memiliki stamina, ketahanan tubuh yang lemah yang berbeda jauh dari patokan kita. Jadi jika kalian mendaki berkelompok saran saya berpatokanlah pada pendaki yang memiliki stamina yang leman jangan malah sebaliknya!
Jika kalian menjadi ketua, kalian wajib mengenali karakter dan ketahanan fisik masing-masing dari anggota kalian.
Lanjut perjalanan sayapun masih berada di barisan paling belakang sambil memperhatikan muka teman-teman saya yang nampak lelah sekali, saya benar-benar merasa kasihan sekali saat itu. Sayapun terus bernegosiasi dengan ketua kelompok kami yang kebetulan saat itu berada di depan saya, saya mengusulkan agar membuka tenda saja meskipun tempat yang kita jumpai cuma mepet sekali datarannya namun tetap saja dia menolak usulan saya dan tetap kekeuh meneruskan perjalanan sampai menemukan tempat camp-camp'an yang ideal.
Nah di situ keganjilan mulai saya rasakan kembali, ketika saya menjumpai sedikit dataran yang menurut saya cukuup untuk mendirikan 2 tenda sayapun menyuruh ketua untuk mendirikan tenda disini saja namun dia tetap menolak. Nah dan kejadian menemukan tempat yang sedikit datar ini dan saya memohon untuk mendirikan tenda tadi terjadi sebanyak 3kali.
Waktu itu saya merasa cuma diputar-putar di tempat itu saja dan anehnya tempat datar yang saya jumpai seperti sama tidak ada bedanya selama 3 kali itu tadi.
Nah ketika ketua kelompok kami berpindah tempat jadi nomor 3 paling belakang yang artinya di depan saya sudah bukan dia lagi melainkan adik semester saya yang sebelumnya kami belum pernah kenal dan baru saat itu kami kenal.
Saya masih ingat jelas saat itu dia seperti memohon kepada saya untuk istirahat karena sudah tidak kuat lagi. Mukanya pucat sekali, sayapun menemaninya sering istirahat saat yang lain masih terus melaju di depan.
Memang menjadi sweeper itu berat sekali selain kita harus berani berjalan di barisan paling belakang kita juga harus paham betul kondisi teman-teman kita yang berada di depan kita. Dan dari pengalaman saya pribadi berjalan dibarisan paling belakang itu capeknya luar biasa, karena kita harus mengimbangi dan menunggu teman yang berada di depan kita jalan duluan. Yang harusnya kita bisa jalan cepat duluan karena kita menunggu jadinya kita terlalu banyak dan lama berhenti menahan beban berat badan dan juga keril kita.
Nah setelah itu saya kembali memohon kepada ketua kelompok untuk berhenti dan mendirikan tenda sedapatnya saja karena mengingat kondisi teman-teman yang lain yang sudah menurun drastis, ditambah badai yang semakin kencang. Dan kali ini dia tidak menjawab dan hanya terdiam seperti otaknya mulai berpikir seperti ingin mengatakan "OKE" tapi masih ragu, akhirnya kita terus memaksa melanjutkan perjalanan.
Sampai akhirnya seperti tuhan berada di pihak saya, tiba-tiba ketua kelompok tadi jatuh dan melorot ke arah bawah. Nah otomatis adik semester yang berada di depan saya tadi menahan badan ketua kelompok yang terjun kebawah tadi.
Sayapun berteriak kepada teman-teman yang lain untuk berhenti dulu, tetapi karena badai dan jarak pandang yang terbatas sepertinya mereka tidak tahu keadaan kami. Saat itu trek benar-benar curam sekali dan rata tidak ada pijakan sedikitpun dan di atas seperti ada patahan bukit yang memisahkan jarak pandang kami bertiga dengan sisa anggota lainnya yang sudah sampai di atas patahan tersebut.
Belum sempat pertolongan datang tiba-tiba teman yang berada di depan saya tidak kuat menahan longsoran badan ketua kelompok kami dan akhirnya mau tidak mau saya yang berada paling belakang pun menahan longsoran badan 2 orang kampret tadi, hahaha.
Saat itu kaki kanan saya tekankan ke samping jalur yang agak sempit sehingga membantu saya menahan longsoran 2 badan tadi. Saat itu saya terus berdo'a agar di kuatkan sama Tuhan Yang Maha Esa, karena kalau sampai saya tidak kuat menahan longsoran 2 badan teman saya ini bisa saja kita bertiga jatuh bebas kebawah trek yang benar-benar curam ini dan tidak tau nasib selanjutnya seperti apa.
Hujan semakin deras, kabut semakin tebal, angin semakin kencang karena samping kanan kiri sudah tidak ada pohon sehingga badai pun benar-benar kami rasakan saati itu. Ditambah kanan kiri juga jurang yang jelas dalam sekali, sayapun terus menenangkan kedua teman yang berada di depan saya untuk tenang dan tidak banyak bergerak.
Entah kenapa saya merasa seperti ringan sekali dalam menahan 2 badan teman saya ini. Dan disitu saya malah tertawa ngakak sambil berkata kepada ketua saya "Mangkanya kalau dibilangin istirahat ya istirahat! Malah ngeyel!"
Sayapun kembali berteriak meminta pertolongan kepada teman-teman saya yang sudah berada di atas. Dan alhamdulilah ada yang dengar, salah satu teman saya di atas saya suruh turun untuk mengambil tas kerir yang di gendong 2 teman saya ini. Perlahan namun pasti evakuasi tas kerir pun selesai.
Setelah itu saya kembali menahan mereka berdua sambil dibantu salah satu teman saya yang dari atas tadi untuk kembali berdiri dan melanjutkan perjalanan. Saya masih berada di tempat semula dan belum bergerak sedikitpun sambil memastikan mereka berdua bisa naik sampai atas tanpa ada acara ndelosor lagi, haha.
Setelah mereka sudah dipastikan sampai atas sayapun menghela nafas sejenak, ada salah satu teman saya yang ingin turun membantu saya namun saya tolak untuk tetap berada di atas saja. Bukan berarti saya sombong namun saat itu trek yang ada di depan mata saya memang sangat sulit di lalui, saya takut malah nanti dia longsor dan ada evakuasi jilid 2, haha.
Saya kembali menenangkan pikiran dan entah kenapa kaki saya seperti mengajak lari keatas, awalnya saya ragu masak iya trek kayak gitu dibuat lari. Tetapi seperti ada yang meyakinkan saya akhirnya saya coba untuk lari dan saya benar-benar terkejut kaki saya terasa ringan sekali dan teman-teman di atas sepert terheran-heran tidak percaya melihat saya lari dari bawah tadi (saya aja juga heran :'D), nah inilah pertolongan tuhan :D.
akhirnya kitapun istirahat di sana dan mengutus beberapa orang untuk naik duluan mencari tempat camp dan selang beberapa lama mereka kembali turun dan berkata bahwa tidak ada tempat datar, wow, it's a bad news!
Dengan terpaksa kitapun lanjut jalan sambil berharap ada tempat sedikit lapang yang bisa di dirikan tenda.
Benar kitapun hanya menjumpai trek yang rusak tidak ada pijakan dan seperti terlalu lama di aliri air sehingga menjadi rusak, disana seperti banyak bekas cekungan air yang dan disalah satu cekungan sayapun duduk meringkuk seperti sudah pasrah ingin tidur disini saja dengan selimut jas hujan karena disana kondisi tubuh saya seperti tiba-tiba drop kembali.
Di posisi seperti itu terlintas dipikiran saya sebuah pertanyaan yang sedikit menggelitik "Apakah saya bakal mati disini ya Alloh? Jika iya maafkan segala dosa saya apalagi dosa kepada kedua orang tua saya" Saya benar-benar pasrah dan sudah lelah tidak mau melanjutkan perjalanan.
Rasanya pengen nangis tapi nggak bisa, saya paksain biar keluar air mata tapi tetep nggak bisa haha. Dan tiba-tiba saya inget seorang cewek yang lagi nunggu saya dibawah sana, ya menunggu saya menikahinya, wkwk. Oke sayapun kembali semangat dan berkata dalam hati "Saya belum mau mati sekarang! saya pengen ngrasain nikah dulu!!!" Dan jreng jreng jreng tenaga saya seperti terisi kembali dan mulailah kami melanjutkan perjalanan.
Dari kejadian situ saya belajar bahwa bertahan hidup itu bukan hanya sekedar karena ketahanan fisik dan stamina yang kuat melainkan motivasi dan tujuan apa kamu ingin hidup! Fix lebay! Skip!
Setelah beberapa langkah kamipun menjumpai tempat yang sedikit datar meskipun miring dan sepertinya kanan kirinnya adalah jurang.
Saat itu kembali ketua kami seperti menolak ngecamp disana, emosi saya benar-benar memuncak saat itu sayapun memaksa agar mendirikan camp disini dan akhirnya nggak tau kenapa diapun menyutujui.
Disitu keadaan saya kembali drop karena sudah tidak kuat lagi menahan badai yang tidak ada hentinya, saya cuma duduk menggigil sambil memegangi senter. Saat itu saya benar-benar belum bisa menguasai diri saya saat menghadapi badai yang benar-benar luar biasa saat itu menurut saya.
Teman-teman saya yang lainpun mulai mendirikan tenda dan saya sempat meminta maaf kepada salah satu teman yang sibuk mendirikan tenda bahwa saya tidak kuat lagi jadi tidak bisa membantu.
Sayapun melanjutkan istirahat sambil terus menggigil kedinginan menghadapi terpakan badai yang tiada habisnya ditambah hujan yang mulai deras kembali. Setelah tenda berdiri sayapun langsung bergegas masuk kedalam dan luar biasa 12 orang masuk dalam tenda kapasitas 6 orang.
Badai yang semakin tidak terkendali membuat teman-teman saya ternyata sudah tidak kuat lagi mendirikan satu tenda lagi dan semua orang langsung masuk kedalam satu tenda tersebut. Bayangkan 12 orang masuk kedalam satu tenda yang normalnya hanya mampu memuat 6 orang saja! Didalam sana tidak ada yang bisa tidur dengan rebahan yang ada kita semua cuma tidur dengan keadaan berjongkok.
Keram kaki adalah teman tidur kita saat itu, tapi ada salah satu teman kami yang ternyata bisa tidur dengan merebahkan badannya di sisi tenda itu benar-benar membuat tenda semakin sempit tempatnya, haha.
Dan tiba-tiba salah satu teman saya keluar dari tenda, padahal saat itu keadaan luar sedang badai-badainya. Di pikiran saya saat itu paling dia cuma mau merokok saja, soalnya teman saya satu benar-benar addict sekali sama yang namanya rokok.
Nah ada sedikit cerita lucu sebelum teman-teman saya masuk ke tenda dan ini saya ketahui setelah salah satu teman saya cerita setelah selang beberapa bulan setelah kejadian itu. Jadi salah satu teman saya yang baru pertama kali naik gunung itu tidak tau bagaimana masuk ke tenda, jadi dia nggak lewat pintu tenda melainkan malah masuk kebawah tenda tepatnya di bawah terpal tenda, wkwk.
Tentu saja teman saya yang mengetahui kejadian tersebut tertawa dan mengarahkan dia untuk masuk lewat pintu yang ada, wkwk.
Oke kembali lagi pas saling jongkok di tenda tadi ya, jadi saat itu saya sudah benar-benar tidak peduli dengan rembesan air hujan yang meresap melalui lapisan tenda apalagi dengan posisi yang hanya bisa jongkok tadi. Sayapun mencoba terlelap dalam keadaan tersebut dan menurut kesaksian teman-teman saya ternyata saya ini tidurnya lelap sekali bahkan sampai ngorok! Banyak sekali yang heran kenapa saya bisa tidur dengan posisi tersebut, dan saya sendiri juga heran sebenarnya mungkin karena saking lelahnya kali ya.
Dan malam itu cuma saya yang tidurnya pulas, padahal saat itu saya juga sering mengalami keram dan sesekali meluruskan otot keram saya dengan meminta sedikit ruang kepada yang lainnya.
Entah bilangnya gimana kami atau cuma saya malam itu akhirnya bisa tidur dengan di temani badai dan hujan deras yang seperti tiada hentinya sampai akhirnya pagi pun tiba, alhamdulilah!
Saat bangun sayapun sebenarnya masih males sekali untuk keluar tenda karena dinginnya yang super sekali. Namun saya memaksa untuk mennggerakan badan menuju keluar tenda.
Dan betapa kagetnya saya menjumpai ada tenda berdiri tegak di samping tenda kelompok kami. Dan tiba-tiba salah satu teman saya keluar dari tenda tersebut, saya pun kaget ternyata ini tenda kelompok kami yang satunya yang belum sempat kami dirikan malam tadi.
Karena penasaran saya pun membentuk sebuah tim investigasi yang bertugas menyelidiki siapa gerangan yang mendirikan tenda ini, wkwk. Sayapun masuk kedalam tenda yang satunya, ternyata disana ada 3 teman saya yang sedang asik berselimut sleeping bag.
Nah dan ternyata teman saya yang tadi malam saya pikir keluar untuk ngrokok itu yang mendirikan tenda ini. Kampret sekali pikirku buat tenda nggak bilang-bilang, jadi singkat cerita dia nekat ndiriin tenda sendiri dan setelah beridiri dia nyari sleeping bag dan tidur sendirian didalam tenda tersebut dengan enak dan nikmatnya.
Dan yang lebih kampret lagi dia nyabutin pasak tenda yang di pakai tenda saya dan ke 10 teman saya yang sedang tersiksa dengan gaya tidur jongkok untuk dipasang di tendanya sendiri! kampret kan?! Mangkanya tadi malam setelah beberapa menit dia keluar suara flysheet tenda seperti tidak karuan, ternyata gara-gara pasak tenda dicolong tetangga sebelah wkwk! kampret dah ni anak!!!
Jadi kesimpulannya tadi malam saya dan ke 10 teman saya tidur didalam satu tenda saling jongkok berdesakan dan dia tidur sendiri pakai sleeping bag di tenda satunya tanpa ada satu orang lainpun yang ada ditendanya, kamprettttttttt saya nggak bakalan lupa sama peristiwa ini! Nih anak emang kampret banget dan selang berapa bulan akhirnya saya jadi tetangga kosnya dia dan jadi tambah tau saya dengan segala bentuk kekampretannya wkwkwk. *Maaf terbawa emosi :P
Sampai sekarang saya nggak bisa mbayangin gimana anak ini pas ndiriin tenda. Pertama ini juga pendakian kedua dia, dan pas pendakian pertama dia nggak ikut ndiriin tenda karena waktu dia ikut tim di belakang dan kebetulan saya ikut didepan ikut tim yang ndiriin tenda. Nah yang kedua itu keadaan badai super kencang dan yang terakhir itu tenda kap 6, pendaki pemula aja biasanya kerepotan ndiriin tenda kap 2 sendiri aja. Lah ini kap 6 didirikin sendiri padahal sebelumnnya belum pernah ndiriin tenda nih anak dan ditambah keadaan badai pula.
Yah meskipun agak emosi tapi saya salut sama ini anak atas kemandirian dan kegigihannya melawan badai Gunung Sumbing dalam rangkan mendirikan tenda untuk dirinya sendiri, wkwk.
Oke lanjut pagi itupun saya di suguhkan pemandangan Gunung Sindoro yang berada di depan mata saya yang benar-benar indah banget, awesome dah pokokna mah!
View Gunung Sindoro | Itu tenda kami :P |
Dan ketika saya menengok kebawah ternyata kita ngecamp di punggungan bukit, pantes tadi malem berasa kanan kiri kayak jurang. Dan dibawahnya lagi ternyata itu tempat camp yang sekarang saya tau kalau itulah yang dinamakan pestan.
Nah saya hampir lupa ketika saya merasa diputar-putar selama 3 kali (yang sudah saya ceritakan di atas tadi) saya mendengar seperti suara keramaian seperti di pasar. Nah mungkin sumber suara yang saya dengar tadi malam itu yan sumbernya dari pestan ini alias pasar setan.
Dan benar saja jalur yang saya naiki semalam dengan pestan ternyata terpisah satu punggungan bukit saja. Yang setelahnya saya tahu bahwa pestan yang berada dibawah camp saya ini adalah tembusan dari jalur lama.
Nah saat itu saya benar-benar lapar, dan ternyata sisa nasi bungkus sudah habis dimakan anak-anak yang lain saat saya masih tidur tadi, double kampret batinku!
Nggak habis akal sayapun mencari sebungkus indomie dan saya masukan air dingin kedalam wadahnya. Sebenarnya ada kompor tapi saya nggak enak hati kalau mau masak sendirian meskipun saya tau kalau yang lainnya sudah pada kenyang makan nasi bungkus tadi.
Oke jadilah mi instan yang agak mengembang karena air dingin tadi kata orang jawa mah istilahnya "mbededek" nggak tau bahasa indonesia apa. Dengan rendah hati sayapun menawarkan kepada teman yang berada ditenda tersebut, ternyata maksut kebaikan hati saya di tolak mentah-mentah oleh teman saya dengan diiringi pula kata-kata makian yang menyakiti empedu saya, akhirnya saya terima tolakan tersebut dengan lapang dada, wkwkwk.
Sayapun menyantap mie instan yang super nggak karuan rasanya itu. Yang dipikiran saya saat itu perut jangan sampai kosong! Dan badan butuh energi! Sayapun lanjut membuat kopi, nggak usah ditanya ya pakai air apa bikinnya, pasti tau kan? haha
Setelah perut terisi sayapun keluar tenda lagi dan menikmati pemandangan sekitar sambil mengambil gambar dengan tangan yang gemetaran menahan dingin. Dan ternyata momen bisa melihat Gunung Sumbing itu tidak lama karena setelah itu kabut langsung menutupi pemandagan indah tersebut.
Saat itu yang berani keluar tenda cuma beberapa orang saja, yang lain lebih memilih angrem didalam tenda, haha.
Nah panggilan alam ringan pun memanggil tubuh saya, sayapun mencari tempat yang ideal untuk menunaikan panggilan ini. Ya panggilan untuk menyirami bunga di gunung, wkwk. Setelah puas sayapun duduk di punggungan bukit sambil melihat keadaan saya, ternyata celana dan jaket saya kotor sekali, apalagi kaki dan tangan seperti habis masuk sawah cari keong saja.
Nah disitulah saya mulai sedikit malu, melihat pendaki lain yang lewat pakaiannya bersih-bersih sedangkan kelompok kami pakaiannya kumuh-kumuh karena perjuangan tadi malam, wkwk yowesben.
Sayapun tiba-tiba ingin melanjutkan pendakian ke puncak Gunung Sumbing, karena saat itu badan juga sudah mulai hangat karena saya buat goyang inul banyak gerak disana.
Sayapun berteriak agak keras ke teman saya yang berada di luar tenda, kenapa harus berteriak keras? karena anginnya benar-benar super bro! Dan alhamdulilah kuping teman saya ini berfungsi dengan baik dan tau maksud saya mengajak summit attack.
Melihat teman-teman yang lainnya sudah kepayahan dan tidak mau meneruskan pendakian akhirnya saya berniat summit hanya 2 orang saja dengan teman saya yang menyanggupi ajakan saya tadi yaitu yang mendirikan tenda sendiri tadi malam itu, ya teman kampret lah ya.
Tiba-tiba salah satu teman cewek saya yang baru pertama kali mendaki gunung ingin ikut dengan kami berdua. Jadilah kita bertiga ingin mencoba singgah ke puncak Sumbing.
Setelah beberapa meter berjalan kami bertiga mendengar suara yang memanggil nama kami yang bersumber dari tenda. Berhubung kabut yang sangat tebal jadi kami tidak bisa melihat siapa orang tersebut. Kamipun berhenti dan menunggu menunggu menungguuuuu.... ternyata ketua rombongan kami ingin ikut summit! padahal tadi pas di ajak di nggak mau.
Jadilah kita berempat melanjutkan perjalanan ke puncak dengan berbekal satu botol pertamax air 1 Liter saja, karena tadi niatnya cuma 2 orang malah ada 2 cucurut ikut dan mereka nggak punya pikiran bawa botol air, hadeh.
Nah selama perjalanan kita nggak menemukan tempat yang bisa untuk mendirikan tenda setelah camp kami tadi. Saya lupa namanya watu apa itu namanya, yang pasti setelah itu treknya bener-bener extrim. Kanan kiri jurang dan ditambah trek batuan miring yang sangat licin karena dialiri air efek hujan semalam.
Treknya yakult |
Kamipun benar-benar harus merangkak hati-hati disana, dan gerimispun mulai mengundang rindu turun. Kami bingung mau melanjutkan naik atau turun kembali, dan karena melihat kondisi yang cuma gerimis akhirnya kami memutuskan untuk lanjut naik.
Sampai akhirnya kami menemukan pendaki yang sedang lewat pulang dari puncak dan menanyainya tentang kapan Indonesia bebas dari korupsi jarak menuju puncak. Dan seperti pendaki pada umumnya mereka cuma bilang sebentar lagi kok.. dikit lagi kok.. bla bla bla. Dan dia juga bilang kalau nggak ada kabut puncaknya juga kelihatan dari posisi saya dan teman-teman saya saat itu.
Kamipun tambah semangat dengan omongan pendaki tadi diluar kebenaran atau tidaknya omongan dia tadi, wkwk. Lanjut jalan akhirnya kami sampai di watu kotak atau apa itu namanya saya lupa. Di peta dijelasin kalau dari sana puncak tidak jauh lagi.
Saya pun semakin semangat untuk mencapai puncak tapi tiba-tiba ketua kelompok kami yang dari tadi mengeluh mengajak turun kumat lagi mengeluhnya. Dia terus memaksa kami bertiga untuk turun saja karena gerimis semakin deras. Saat itu semangat dan tenaga kami bertiga sebenarnya masih besar, tetapi karena ketua terus mengeluh mengajak turun akhirnya kami seperti sedikit pesimis mencapai puncak dan akhirnya setelah sampai di watu kotak kita memutuskan untuk kembali turun ke tempat camp semula tadi.
Dengan perasaan kecewa kami bertiga menuruti perintah ketua kami, meskipun dalam hati sebenarnya pengen sampai puncak saat itu juga karena sudah tinggal sedikit lagi.
Perjalanan turun ke camp pun tidak mudah karena harus menuruni batu-batu yang licin dan kalau gagal fokus jurang kanan kiri siap menyambut.
Penampakan Kondisi Trek Saat itu | IF : Si Kampret |
Akhirnya kami sampai dengan selamat ke camp yang disana teman-teman kami sedang sibuk mengekspresikan ke narsisannya. Ada salah satu teman saya yang ngomong dengan nada agak kesal yang intinya dari tadi dia meneriaki nama kami mengajak turun tetapi kami tidak menjawab. Ya namanya jaraknya aja jauh banget mana bisa denger tong tong.
Setelah itu kamipun packing barang tenda dll dan melanjutkan perjalanan turun. Tetapi kali ini kami turun tidak melalui jalur yang tadi malam kami lewati melainkan melewati jalur lama yang tepat berada dibawah camp kami jalurnya.
Dan benar saja saat melewati jalur lama ini ternyata jalannya enak sekali tidak rusak seperti jalur yang kami lewati semalam. Nah dari sinilah dengan nada bercanda teman-teman saya mulai menyalahkan saya karena telah memilih jalur baru, haha.
Ditengah perjalanan ada salah satu teman saya cowok yang bisa dibilang dia itu agak sedikit sombong. Dia ini orang baru yang baru pertama kali mendaki, dia meremehkan saya dan teman-teman saya yang jalannya lambat. Padahal saat itu kami lambat karena otot kami masih kaku dan ditambah kami kebagian membawa beban tas kerir.
Dan dia cuma membawa tas gendong ala anak smp! Setelah salah satu teman saya sedikit jengkel akhirnya diapun di suruh gantian membawa tas kerir teman saya. Saat gantian tas ternyata tas yang dia bawa tadi ringannya luar biasa sampai teman saya kaget dan bercerita kepada saya. Pantes dia sombongnya minta ampun, nah baru berjalan belum genap 5 meter diapun mengeluh keberatan membawa tas kerir teman saya tadi.
Akhirnya karena kasian teman saya kembali membawa tas kerir tersebut dan mengembalikan tas gendong yang ringannya luar biasa tadi kepadanya. Saat mendengar cerita tersebut sayapun tertawa keras, setelah kejadian tersebut sepertinya teman saya yang keberatan kerir tadi malu dan tidak berkata sepatah katapun.
Setelah mulai keluar dari hutan dan mulai memasuki jalan batu yang menuju perumahan warga teman saya yang sombong tadi meminta untuk setelah sampai basecamp langsung pulang ke jogja saja nggak usah nginep.
Dengan keras sayapun menolak, kalau mau langsung pulang, pulang aja sendiri! kataku. Saya bicara seperti ini bukan tanpa alasan, setelah pendakian pertama saya di Merbabu setelah sampai basecamp tanpa istirahat saya dan teman-teman saya langsung melanjutkan perjalanan pulang.
Dan alhasil di jalan pun sampai malam dan rasa kantuk benar-benar menggerogoti tubuh tampa ampun. Kebetulan waktu saya berada di depan sehingga mengendarai motor itu seperti setengah tertidur, hampir sering menabrak motor maupun mobil. Tetapi alhamdulilah bisa sampai di rumah dengan selamat. Setelah itu saya kapok kalau naik gunung langsung pulang kerumah! Minimal tidur dulu di basecamp barang sebentar.
Nah setelah dijalan batuan tadi saya dan timpun berpencar, 3 teman saya sudah duluan di depan. Dan sisa anggota saya masih tertinggal jauh di belakang namun ini sudah zona aman jadi bagi saya tidak masalah kalaupun berpencar jauh.
Saat itu kaki saya benar-benar sakit sekali karena kaget medan bebatuan yang bisa dibilang menusuk kaki saya. Sayapun berinisiatif berjalan lewat pinggiran jalan yang ditumbuhi rumput. Itulah pengalaman pertama saya di siksa medan bebatuan jalan yang benar-benar menyiksa kaki.
Saya lupa saat itu memakai sepatu atau sandal gunung, yang pasti karena saking tidak tahannya sayapun mencopot sepatu/sendal saya dan berjalan dengan kaki telanjang. Saat itu ada pendaki yang menanyai kondisi saya karena berjalan dengan kaki telanjang, lalu saya bilang nggak papa lanjut jalan aja.
Di situ hujan kembali turun dengan derasnya sayapun bergegas memakai jas hujan dengan terburu-buru. Nggak sampai 10 meter hujan pun mendadah berhenti, yaealah di kerjain nih batinku. Tapi jas hujan tetap saya pakai siapa tau nanti hujan lagi kan aman.
Eh ternyata nggak hujan-hujan! Akhirnya saya berhenti dan kembali melipat jas hujan saya dan sambil membopong jas hujan sayapun melajutkan perjalanan. Sengaja jas hujan tidak saya masukan kedalam tas karena biar mudah nanti kalau tiba-tiba turun hujan lagi.
Ketika saya sudah mulai masuk perkampungan warga saya di kejutkan didepan saya ternyata ada kuburan. Dan di situ ada percabangan lurus dan kanan turun melewati kuburan. Karena saya ingat bahwa dekat basecamp ada tower pemancar jadi saya feeling pilih jalan yang turun yang membelah kuburan.
Saat melewati kuburan saya mendengar seperti ada suara "Ssssssttttttt Sssssttttttt" Saya kira itu teman saya si kampret tadi ngerjain saya, karena kebetulan dia tadi memang posisinya di depan saya pas. Saya panggil tuh teman saya tadi beberapa kali, tapi nggak ada jawaban.
Nggak mungkin kalau tadi yang manggil teman saya, saya pun coba mencari sumber suara tadi dan boom! ternyata sumber suara tadi asalnya dari makam yang belum ada nisannya alias masih baru! Disana tanahnya masih basah dan sepertinya belum lama meninggal.
Sayapun berhenti sejenak dan membaca Al-Fatihah sambil merenung kalau kita cepat atau lambat juga bakal nyusul mereka, ya ini rumah kita besok! Setelah beberapa menit sayapun melanjutkan perjalanan, tetapi jalan yang saya ikuti seakan menjauhkan saya dari tower yang saya jadikan patokan.
Saya bingung mau tanya siapa, dan ditambah saat itu hari sudah mulai gelap karena mendung dan masuk waktu Maghrib. Sayapun terus berjalan dengan pikiran "masak iya sudah di kampung begini malah tersesat, salah saya apa coba?"
Hingga tiba saat itu saya di salah rumah warga yang dibatasi jembatan kayu lapuk. Dari jauh tadi saya melihat ada ibu-ibu mengendong bayi dan saya berniat mendekatinya dan bertanya jalan, nah ketika saya menyeberangi jembatan kayu tadi sayapun menoleh kebelakang siapa tau teman saya ada nggak jauh dan ternyata nggak ada.
Ketika saya sudah dekat dengan rumah pertama tadi sayapun ingin menyapa ibu-ibu yang menggendong anak tadi. Baru saya mau menoleh ke arah ibu-ibu tadi eh ternyata udah nggak ada!
Sayapun lanjut jalan menelusuri jalan setapak yang ada disamping rumah itu aneh bin aneh saya kembali ke perkebunan warga lagi. Saya mulai sedikit panik disitu padahal tower jelas-jelas udah ada didepan mata tapi kenap nggak sampai-sampai batinku.
Sayapun kembali berjalan dan menemui ada 2 orang yang sedang bercakap di jalan. Sayapun bertanya jalan menuju basecamp kepada kedua orang tersebut dan saya sedikit kaget karena muka mereka kayak dingin banget! Lalu beliaupun menunjukan arah jalan dengan mengacungkan jari telunjuknya.
Sayapun bergegas menuju arah jalan yang ditujukkan beliau tadi sambil tidak lupa berterimakasih kepadanya. Dan betapa kaget saya, ternyata cuma tertutup satu rumah saya langsung menemukan jalan aspal menuju basecamp garung. Padahal tadi kayaknya sudah lewat situ tapi balik balik lagi ke perkebunan.
Karena saking lelahnya saya nggak sempet mikir yang aneh-aneh dan fokus sampai basecamp dan istirahat.
Setelah sampai basecamp ternyata 3 teman saya sudah sampai disana, berarti 8 orang masih dalam perjalanan ke basecamp. Dan hampir agak lama akhirnya mereka semua sampai juga di basecamp, ternyata 8 orang teman saya tadi pada istirahat lama di pos ojek jalur lama setelah keluar dari hutan tadi. Saat itu memang kami berempat memilih melanjutkan perjalanan ke basecamp tidak istirahat.
Dan pada akhirnya semua anggota memutuskan untuk menginap semalam di basecamp dan tidak langsung melanjutkan perjalanan ke jogja, hahaha apa kataku tadi!
Nah setelah semua bersih, kenyang makan mie rebus dan nasi goreng di basecamp garung kamipun mulai beristirahat dengan merebahkan badan. Berbeda dengan saya yang masih ngrumpi dengan beberapa teman saya sambil ngopi.
Nah pada saat petugas basecamp menutup pintu basecamp sayapun melihat seperti ada tulisan peringatan di belakang pintu, sayapun mendekati dan kampret sekaliiii.... ternyata disana tertulis larangan untuk melewati jalur baru karena jalur sedang rusak! saya pun memberitahu kepada teman-teman lainnya yang belum tertidur dan mereka pun kaget semua!
Peringatan yang ada di balik pintu basecamp! |
Pastilah kaget! kenapa saat memulai pendakian tidak ada satupun petugas basecamp yang memberitahu untuk tidak melewati jalur baru yang karena rusak???? Dan kenapa menempel peringatan di bagian belakang pintu yang saat pintu terbuka otomatis pengumuman akan tertutup karena menghadap ke tembok????? Apakah pengugumuman tersebut baru di tempel atau bagaimana??? Pertanyaan yang sampai sekarang belum terjawab! Yang pasti saya bersyukur bisa selamat sampai rumah dan bisa menceritakan pengalaman saya ini di blog acak-acakan ini.
Nah setelah itu kami semua pun sudah dalam posisi masing-masing untuk masuk ke alam mimpi kecuali saya dan teman saya yang kedepannya teman saya ini menjadi teman pendakian saya di banyak gunung. Saya pun ngobrol ngalur ngidul nyeritai kejadian semales sampai akhirnya teman saya menyerah dan ikut tidur seperti teman saya yang lainnya yang sudah terdengar suara dengkurannya sampai puncak sumbing, haha.
Disitulah saya kesepian, kampret udah pada tidur semua! sedangkan badan saya masih seger buger nggak mau di ajak tidur! Mungkin efek semalem tidurnya paling nyenyak kalik ya jadi waktu itu saya benar-benar tidak merasa ngantuk.
Nah ketika saya nengok ke kiri saya ternyata teman saya cewek nggak bisa tidur dan menggigil kedinginan. Diapun mengeluh kepada pacarnya yang berada tepat tidur disamping kirinya tapi cowoknya kayak nggak peduli, dalam hati saya agak ngakak lihat kejadian itu.
Sayapun bertanya kepada dia kenapa, dia pun menjawab katanya nggak bisa tidur kedinginan. Busyet pacarnya nggak bisa tidur kedinginan malah di bokongin, kebetulan cowoknya tidurnya menghadap ke kiri dan otomatis kan bokongnya dia yang menghadap ke ceweknya, haha.
Sayapun nggak tega lihat teman saya kedinginan hebat kayak gitu, sayapun ingat kalau ada 1 sleeping bag yang nggak basah. Saya cari sana sini tapi nggak ketemu, saya bongkar semua tas juga nggak ada. Tiba-tiba saya mendadak curiga dengan sesuatu yang di jadikan bantak oleh teman kampret saya tadi. Saya cek! ternyata benar ini sleeping bag yang kering semata wayang! Dengan jiwa sedikit iseng sayapun menggoyang-goyangkan kepalanya agar bangun. Dan ternyata dia marah ketika saya mintai sleeping bag yang dipakainya buat bantal, sambil menunjukkan muka lucknutnya diapun melempar sleeping bag kearah saya, tapi untung nggak kena! hahaha
Nah setelah itu saya berikan sleeping bag tadi ke teman saya yang kedinginan dan nggak bisa tidur tadi. Setelah semua sukses terlelap akhirnya saya kembali bersolo karir dengan hidup sendirian, hadeh.
Nggak bisa tidur dan nggak ada teman ngobrol itu rasanya benar-benar nggak enak banget. Akhirnya nggak tau jam berapa sayapun ikut tertidur karena saking bosannya nggak ada kerjaan!
Besoknya kita bangun pagi gosok gigi dan terus pulang ke jogja, dan alhamdulilah selamat sampai rumah tanpa sekurang apapun. Namun ada sedikit kecelakaan yang menimpa teman-teman kami, kebetulan saat itu saya berboncengan dengan teman kampret saya dan berada paling depan sendiri dan dibelakang saya teman saya yang motor sewaannya sempat meletus bannya saat berangkat dulu.
Maaf sekali saya benar-benar lupa itu sampai daerah mana, tapi yang pasti dulunya itu disana ada lampu lalu lintas yang tinggi banget dan tertutup daun pohon yang rimbun jadi kalau nggak biasa lewat sana bisa sering lupa kalau ada lampu traffic light nya.
Nah ini tempat kecelakaannya, daerah mana ini? |
Ditambah kondisi kami yang lelah tentu fokuspun berkurang dan pada saat sampai disana 2 motor anggota di depan termasuk saya bisa lolos jalan karena lampu masih hijau. Nah yang berada di belakang saya ini 4 motor yang paling depan kaget kalau ditempat tadi ada traafic light nya dan kebetulan pas merah, diapun spontan ngerem mendadak dan boom! terjadilah kecelakan beruntun 4 motor sekaligus dan itu semua adalah rombongan saya.
Ada yang bagian depan sayapnya pecah, dan yang paling parah teman saya yang nomor 2 diantara 4 tadi. Ban depannya bolong karena tertusuk batangan rem belakang motor teman saya yang berada di depannya tadi karena ngerem mendadak.
Penampakan Ban Bolong |
Untungnya polisi disana tau keadaan kami dan cuma memberi nasehat nggak sampai menilang karena kebetulan yang mengalami kecelakaan cuma anggota kami semua dan nggak ngelibatin orang luar. Kamipun istirahat sejenak di daerah dekat sana sambil mondar mandir ngalor ngidol mencari bengkel tambal ban tapi saat itu belum pada buka.
Akhirnya saya punya ide meminjam kunci di bengkel dekat kami istirahat untuk mencopot ban depan motor teman saya yang bolong itu. Dan agak sedikit penasaran saya dengan teman saya yang punya motor mencari tukang tambal ban sampai ketemu. Dan ternyata setelah jembatan apa itu namanya yang sampingnya ada jembatan lama yang nggak kepakai, yang pernah ke sumbing atau sindoro pasti tau ini jembatan saya menemukan tukan tambal ban yang buka.
Nggak pakai lama sayapun langsung menambalnya kesana dan beres. Singkatnya kita kembali ke tempat teman-teman yang lain istirahat tadi dan memasang ban motor teman saya lalu lanjut perjalanan pulang.
Sampai rumah saya berpikir kayaknya di Gunung Sumbing ini adalah pendakian terakhir saya dan kayak ada perasaan kapok! Ternyata enggak! Sampai sekarang saya malah menjadi addict sama yang namanya Gunung. Tidur inget gunung, makan inget gunung, mandi inget gunung.. hahaha