Sunday, May 7, 2017

Siap-siap! 12 Mei Jalur Pendakian baru Merapi via Sapuangin Resmi di Buka

Gunung Merapi via Sapuangin Klaten 12 Mei di buka
Gunung / Pixabay.com
Setelah puasa mendaki dalam kurun waktu yang cukup lama dikarenakan cuaca yang buruk dan juga kegiatan kampus yang mulai tidak terkendali haha, sampai juga akhirnya di titik dimana benar-benar rindu akan ketinggian. Ditambah lagi faktor cuaca akhir-akhir ini yang mulai bersahabat kembali membangkitkan gairah untuk mendaki. Meskipun saya dulu ketika mendaki di Gunung Lawu pernah bilang "Ini adalah pendakian terakhir saya!" Percayalah, saat itu kondisi saya benar-benar tidak waras wkwk.

Yah, namanya juga capek ditambah lapar pasti pikiran kita menjadi tidak bisa jernih dan bisa berkata apa saja di luar kendali kita. 

Di bulan Mei ini tentunya kita akan segera menyambut bulan suci Ramadhan yang akan mulai pada 27 Mei 2017. Bulan yang penuh berkah apalagi bagi anak kos-kosan yang siap menyambut dengan sangat bersemangat sekali (did you know what i mean :P).

Karena nafsu mendaki saya kumat di bulan Mei ini dan akhir bulan sudah masuk bulan Ramadhan maka sayapun mempunyai keinginan mendaki dalam waktu dekat ini. Nah beruntung sekali saya sepertinya, setelah mengupdate perkembangan kapan di bukanya secara resmi jalur pendakian Gunung Merapi via Sapuangin dari tahun kemarin akhirnya beredar kabar bahwa 12 Mei 2017 ini jalur akan diresmikan dan 13 Mei akan diadakan pendakian bersama.

Tentu ini adalah berita yang sangat bagus bagi para pecinta ketinggian yang sudah tidak sabar menikmati Gunung Merapi dari sudut pandang yang berbeda, karena satu-satunya jalur resmi saat ini hanyalah via New Selo.

Di kutip dari Tribun Jogja jalur Merapi via Sapuangin ini memiliki panjang sekitar 5,4 Kilometer. Mengingat jalur yang ditempuh sangat panjang tentunya kita butuh persiapan fisik dan perbekalan yang lebih matang. Selain itu terdengar kabar pendakian melalui jalur ini pendakinya akan dibatasi setiap harinya tetapi untuk pastinya kita tunggu saja besok tanggal 12 Mei.

Semoga saja dengan di bukanya jalur baru tersebut dapat memberi manfaat bagi masyarakat disana khususnya dalam hal perekonomian. Tetapi kita sebagai penikmat alam tentu harus bersikap lebih dewasa lagi terutama dalam masalah sampah. Sampah adalah masalah terbesar saat ini yang menjadi perhatian utama para pecinta alam sejati, mereka dengan sukarela naik ke atas hanya untuk memunguti kesalahan orang lain yang hanya mementingkan dirinya sendiri.

Saran dari saya jika kalian tidak mau membawa turun kembali sampah kalian, silahkan makan sampah kalian di atas kalau tidak mau ya nggak usah mendaki tidur aja di rumah :D. Salam lestari!!!

Info tambahan | Koordinat GPS Basecamp Merapi via Sapuangin Klaten



Update Informasi terbaru jalur pendakian merapi via sapuangin klaten 13 Mei 2017

Dapat informasi dari teman sesama pendaki bahwa jalur pendakian merapi via sapuangin sudah diresmikan pada Jum'at 12 Mei 2017 kemarin. Jalur yang memiliki panjang 5,4 km atau sekitar dua kali panjang jalur Selo ini akan segera menambah daftar jalur yang ada di Gunung Merapi ini.

Terdengar kabar bahwa pengelola jalur sapuangin ini akan membatasi jumlah pendaki setiap harinya, sekitar 20-30 orang/pendakian. Hal ini ditujukan untuk melindungi ekosistem yang ada di sana agar tetap terjaga serta melarang pendakian masal.

Selain itu tidak boleh sembarangan pendaki diperbolehkan melalui jalur ini, khususnya pendaki yang belum punya pengalaman. Di haruskan minimal setiap pendaki yang akan melalui jalur ini pernah mendaki setidaknya 2 - 3 kali pendakian.

Selain itu barang bawaan pendaki juga akan mendapatkan perhatian khusus dari pengelola setempat. Jika perbekalan yang dibawa tidak memenuhi standar maka pendaki akan dilarang mendaki.

Untuk tarif pendakian merapi melalui sapuangin klaten ini, setiap pendaki akan di kenakan biaya retribusi sebesar 10 - 12 ribu. Soal tarif ini masih dalam pembahasan lebih lanjut oleh pengurus basecamp. Terdengar kabar bahwa tarif akan lebih mahal karena standarnya yang lebih tinggi.

Saya disini ingin sedikit mengomentari perihal tarif retribusi, kenapa? Dari pengalaman pendakian saya, saya sering menemui tarif retribusi yang bisa dibilang mahal sedangkan fasilitas sendiri sangat berbanding terbalik dengan harga tersebut. Mulai dari kamar mandi yang cuma satu dan baunya minta ampun seperti tidak pernah dirawat dan juga airnya sangat sedikit sekali dan juga tempat istirahat sempit sekali hampir tidak ada tempat kalau jumlah pendakinya agak banyak. Padahal itu gunung sangat terkenal sekali, sungguh mengecewakan tapi ya mau bagaimana lagi. (Pasti kalian tau yang saya maksut :P)

Sedangkan saya juga pernah menemui salah satu basecamp di daerah ..... dari segi tarif sangat murah sekali, tempat parkir sangat luas sekali, toilet tentunya lebih dari satu dan sangat terjaga sekali kebersihannya. Untuk masalah air tidak diragukan lagi, sangat melimpah ruah. Dari segi tempat istirahat sangat luas sekali. (Pasti kalian juga tau yang saya maksut ini dimana :D)

Dan juga masalah pembatasan pendaki, menurut saya pribadi kalau setiap pendakian dibatasi dan mengingat untuk menjaga ekosistem disana lebih baik jalur sapuangin tidak perlu diresmikan. Bayangkan jika ada pendaki dari luar kota atau bahkan luar pulau yang jauh-jauh datang ke sana dan kuota pendakian sudah penuh, apakah mereka akan dapat toleransi atau pihak basecamp tetap teguh pada aturan? Itu yang jadi pertanyaan mengingat mereka menempuh jarak yang tidak dekat.

Dan ketika hari-hari tertentu misal HUT RI, bayangkan ribuan pendaki yang ingin mendaki. Jika mereka harus konfirmasi ke pihak basecamp dulu, apakah pihak basecamp sendiri sudah siap dengan serbuan ribuan masa pendaki yang ingin menanyakan apakah kuota masih ada? Wkwk. Well, terlepas dari semua itu semoga aturan yang dipakai tidak merugikan suatu pihak.

Pesan saya, Gunung adalah ciptaan tuhan dan siapapun bebas menikmatinya. Meskipun banyak masih banyak sekali pendaki-pendaki baru yang sangat tidak peduli dengan gunung khususnya masalah sampah! Tetapi masih banyak pendaki luar sana yang masih peduli. Jangan terlalu mengkomersialkan gunung, ini alam bukan mall :)


EmoticonEmoticon